Sebuah
hubungan tak cukup hanya dengan ungkapan sayang dan cinta. Menjalin hubungan
memang mudah tak semudah dalam mempertahankan sebuah hubungan. Hanya dengan
kata sayang dan cinta, sebuah hubungan bisa dibangun. Tapi dalam mempertahankan
sebuah hubungan, perlu adanya perhatian, pengertian dan sikap saling memahami
pasangannya. Tanpa sikap itu, sebuah hubungan hanya akan kandas di tengah
jalan.
Jumat, 19 September 2014
Rabu, 17 September 2014
MIMPI
Ketika apa yang diharapkan tak
sesuai keinginan
Ketika impian tak seindah kenyataan
Ketika hati tak bisa menerima
Hanya tangis pilu yang dirasa
Bukan keinginan hati terjadi
seperti ini
Tapi memang beginilah yang
telah terjadi
Mungkin memang inilah yang
terbaik untuk diri ini
Hanya memohon kepada Illahi
Untuk selalu memberikan
kesabaran di hati
Jumat, 05 September 2014
Biografi
tokoh perjuangan KH. Hasyim Asyari
KH. Hasyim Asyari merupakan salah satu tokoh pahlawan pergerakan
nasional. KH. Hasyim Asyari lahir pada 10 April 1875 (24 Dzulqaidah 1287 H) dan
wafat pada 25 Juli 1947, dimakamkan di Tebuireng, Jombang. KH hasyim Asyari
adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Ayahnya bernama Kyai Asyari, ibunya
bernama Halimah. Dari garis ibu, Hasyim merupakan keturunan kedelapan dari Jaka
Tingkir (Sultan Pajang). Kakeknya, Kyai Ustman adalah seorang pemimpin
Pesantern Nggedang, sebelah utara Jombang. Sedangkan ayahnya sendiri , Kyai
Asyari memimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Dua
orang inilah yang menanamkan nilai dan dasar-dasar Islam secara kokoh kepada
Hasyim.
Menurut silsilah beliau, melalui Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin), KH
Hasyim Asyari memiliki garis keturunan sampai dengan Rasulullah dengan urutan
lanjutan sebagai berikut :
Sunan
Giri (Raden AInul Yaqin)
Abdurrohman/
Jaka Tingkir ( Sultan Pajang)
Abdul
Halim (Pangeran Benawa)
Abdurrohman
( Pangeran Samhud Bagda)
Abdul
Halim
Abdul Wahid
Abdul
Sarwan
KH
Asyari (Jombang)
KH
Hasyim Asyarai (Jombang)
Sejak
anak-anak, bakat kepemimpinan dan kecerdasan Hasyim memang sudah Nampak.
Diantara teman sepermainannya, ia kerap tampil sebagai pemimpin. Dalam usia 13
tahun ia sudah membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar ketimbang
dirinya. Usia 15 tahun Hasyim meninggalakan orang tuanya, berkelana memperdalam
ilmu dari satu pesantren ke pesanteren lain. Mula-mula ia menjadi santri di
Pesantren Wonokoyo, Probolinggo. Kemudian pindah ke Pesantren PP Langitan,
Widang, Tuban. Pindah lagi Pesantren Trenggilis, Semarang. Belum puas dengan
berbagai ilmu yang dikecapnya, ia melanjutkan ke Pesantren Kademangan,
Bangkalan di bawah asuhan KH Cholil Bangkalan. Dan kemudian pindah lagi ke
Pesantren Siwalan Sidoarjo. Di Pesantren yang diasuh Kyai Yaqub inilah, agaknya
Hasyim merasa benar-benar menemukan sumber Islam yang diinginkan. Hasyim bukan
saja mendapat ilm, melainkan mendapat istri. Pada saat berumur 21 tahun
dinikahkan dengan Chadijah salah satu putrid Kyai Yaqub. Tidak lama menikah Hasyim
dan istrinya pergi ke Makah guna menunaikan ibadah haji.
Tahun
1893, ia berangkat lagi ke Tanah Suci. Sejak itulah ia menetap di Mekkah selama
7 tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mahfudz
At-Tarmasi, Syaikh Ahmad Amin Al Aththar, Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Said
Yamani, Syaikh Rahmaullah, Syaikh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid
Alwi bin Ahmad As Saqqaf, dan Sayyid Husein Al Habsyi. Dalam perjalanan
pulang ke tanah air, ia singgah di Johor, Malaysia dan mengajar di sana. Pulang
ke Indonesia tahun 1899, Kiai Hasyim Asy'ari mendirikan pesantren di Tebuireng
yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20.
Sejak tahun 1900, Kiai Hasyim Asy'ari memosisikan Pesantren Tebu Ireng, menjadi
pusat pembaruan bagi pengajaran Islam tradisional.
Dalam pesantren itu bukan hanya ilmu agama yang diajarkan, tetapi juga
pengetahuan umum. Para santri belajar membaca huruf latin, menulis dan membaca
buku-buku yang berisi pengetahuan umum, berorganisasi, dan berpidato. Cara yang
dilakukannya itu mendapat reaksi masyarakat sebab dianggap bidat. Ia dikecam,
tetapi tidak mundur dari pendiriannya. Baginya, mengajarkan agama berarti
memperbaiki manusia. Mendidik para santri dan menyiapkan mereka untuk terjun ke
masyarakat, adalah salah satu tujuan utama perjuangan Kiai Hasyim Asy'ari. Kyai Hasyim
bukan saja Kyai ternama, melainkan juga seorang petani dan pedagang yang
sukses. Tanahnya puluhan hektar. Dua hari dalam seminggu, biasanya Kyai Hasyim
istirahat tidak mengajar. Saat itulah ia memeriksa sawah-sawahnya. Kadang juga
pergi Surabaya berdagang kuda, besi dan menjual hasil pertaniannya. Dari
bertani dan berdagang itulah, Kyai Hasyim menghidupi keluarga dan pesantrennya.
Penjajahan panjang yang mengungkung bangsa Indonesia, menggugah kesadaran
kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa, melalui jalan pendidikan
dan organisasi. Pada tahun 1908 muncul sebuah gerakan yang kini disebut Gerakan
Kebangkitan Nasional. Semangat Kebangkitan Nasional terus menyebar ke
mana-mana, sehingga muncullah berbagai organisai pendidikan, sosial, dan keagamaan,
diantaranya Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) tahun 1916, dan Taswirul
Afkar tahun 1918 (dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri atau Kebangkitan
Pemikiran). Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar (Pergerakan Kaum
Saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat.
Dengan adanya Nahdlatul Tujjar, maka Taswirul Afkar tampil sebagi
kelompok studi serta lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan
memiliki cabang di beberapa kota. Tokoh utama dibalik pendirian tafwirul afkar
adalah, KH Abdul Wahab Hasbullah (tokoh muda pengasuh PP. Bahrul Ulum
Tambakberas), yang juga murid hadratus Syaikh. Kelompok ini lahir sebagai
bentuk kepedulian para ulama terhadap tantangan zaman di kala itu, baik dalam
masalah keagamaan, pendidikan, sosial, dan politik.
Tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan tokoh-tokoh Islam tradisiona
lainnya, Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama, yang berarti
kebangkitan ulama. Organisasi ini pun berkembang dan banyak anggotanya.
Pengaruh Kiai Hasyim Asy'ari pun semakin besar dengan mendirikan organisasi NU,
bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan dari ulama di Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Bahkan, para ulama di berbagai daerah sangat menyegani
kewibawaan Kiai Hasyim. Kini, NU pun berkembang makin pesat. Organisasi ini
telah menjadi penyalur bagi pengembangan Islam ke desa-desa maupun perkotaan di
Jawa. Meski sudah menjadi tokoh penting dalam NU, ia tetap bersikap toleran
terhadap aliran lain. Yang paling dibencinya ialah perpecahan di kalangan umat
Islam. Pemerintah Belanda bersedia mengangkatnya menjadi pegawai negeri dengan
gaji yang cukup besar asalkan mau bekerja sama, tetapi ditolaknya.
Dengan alasan yang tidak diketahui, pada masa awal pendudukan Jepang,
Hasyim Asy'ari ditangkap. Berkat bantuan anaknya, K.H. Wahid Hasyim, beberapa
bulan kemudian ia dibebaskan dan sesudah itu diangkat menjadi Kepala Urusan
Agama. Jabatan itu diterimanya karena terpaksa, tetapi ia tetap mengasuh
pesantrennya di Tebuireng. Setelah Indonesia merdeka, melalui
pidato-pidatonya K.H. Hasyim Asy’ari membakar semangat para pemuda supaya
mereka berani berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan. Ia meninggal dunia
pada tanggal 25 Juli 1947 karena pendarahan otak dan dimakamkan di Tebuireng.
Perjuangan
yang dilakukan oleh KH Hasyim Asyari sangat banyak, diantaranya yaitu
mendirikan organisasi NU (Nahdlatul Ulama), mendirikan Pesantern Tebu Ireng di
Jombang, menjadi penyemangat bagi para pemuda pemudi Indonesia, dan masih
banyak lagi.
a. Pada
tahun 1899, sepulang dari Makah, KH Hasyim Asyari mendirikan pesantren Tebu
Ireng yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa Pada abad
20.
b. Pada
tahun 1926, KH Hasyim Asyari menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nahdlatul
Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama.
c. Pada tahun
1937 ketika beberapa ormas Islam membentuk badan federasi partai dan
perhimpunan Islam Indonesia yang terkenal dengan sebuta MIAI (Majelis Islam
A’la Indonesia) Kyai Hasyim diminta jadi ketuanya. Ia juga pernah memimpin
Masyumi, partai politik Islam terbesar yang pernah ada di Indonesia.
Bagaimana
cara perjuangan KH Hasyim Asyari.
Hasyim Asyari, pahlawan nasional dan pendiri organisasi Nahdhatul Ulama
(NU). Kiai karismatik berjuluk Hadratus Syaikh yang berarti Maha Guru, ini
dikenal sebagai ahli ilmu agama, khususnya tafsir, hadits dan fiqh. Dia
mengabdi kepada umat dengan mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng di Desa
Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Hasyim juga berdakwah ke
daerah-daerah pada masanya. Sedangkan gelar pahlawan dia dapat karena pada masa
penjajahan belanda, Hasyim Asyari ikut mendukung upaya kemerdekaan dengan
menggerakkan rakyat melalui fatwa jihad yang kemudian dikenal sebagai resolusi
jihad melawan penjajah Belanda pada 22 Oktober 1945. Akibat fatwa itu, meledak
lah perang di Surabaya pada 10 November 1945.
Menurut Ishom Hadzik (2000) dalam buku yang ditulis Zuhairi Misrawi
berjudul "Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari: moderasi, keumatan, dan
kebangsaan", pada masa penjajahan Belanda, Hasyim senantiasa berkomunikasi
dengan tokoh-tokoh muslim dari berbagai penjuru dunia untuk melawan penjajahan.
Misalnya dengan Pangeran Abdul Karim al-Khatthabi (Maroko), Sultan Pasha
Al-Athrasi (Suriah), Muhammad Amin al-Husaini (Palestina), Dhiyauddin
al-Syairazi, Muhammad Ali, dan Syaukat Ali (India), serta Muhammad Ali Jinnah
(Pakistan). Hasilnya pada 22 Oktober 1945, Hasyim dan sejumlah ulama di kantor
NU Jatim mengeluarkan resolusi jihad itu. Karena itulah Hasyim diancam hendak
ditangkap Belanda. Namun Hasyim tak bergeming, dia memilih bertahan mendampingi
laskar Hizbullah dan Sabilillah melawan penjajah.
Bahkan ketika Bung Tomo meminta Kiai Hasyim mengungsi dari Jombang, Hasyim berkukuh bertahan hingga titik darah penghabisan. Hingga muncul sebuah kaidah (rumusan masalah yang menjadi hukum) populer di kalangan kelompok tradisional; hubb al-wathan min al-iman (mencintai tanah air adalah bagian dari iman).
Bahkan ketika Bung Tomo meminta Kiai Hasyim mengungsi dari Jombang, Hasyim berkukuh bertahan hingga titik darah penghabisan. Hingga muncul sebuah kaidah (rumusan masalah yang menjadi hukum) populer di kalangan kelompok tradisional; hubb al-wathan min al-iman (mencintai tanah air adalah bagian dari iman).
Fatwa atau resolusi jihad Hasyim berisi lima butir. Seperti ditulis
Lathiful Khuluq berjudul "Fajar Kebangunan Ulama, Biografi Kiyai Hasyim
Asyari" yang diterbitkan LKiS pada 2000 lalu, butir Pertama resolusi jihad
berbunyi; kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus wajib
dipertahankan. Butir ke dua; Republik Indonesia sebagai satu-satunya
pemerintahan yang sah harus dijaga dan ditolong. Ke tiga; musuh republik
Indonesia yaitu Belanda yang kembali ke Indonesia dengan bantuan sekutu Inggris
pasti akan menggunakan cara-cara politik dan militer untuk menjajah kembali
Indonesia. Ke empat; umat Islam terutama anggota NU harus mengangkat senjata
melawan penjajah Belanda dan sekutunya yang ingin menjajah Indonesia kembali.
Ke lima; kewajiban ini merupakan perang suci (jihad) dan merupakan kewajiban
bagi setiap muslim yang tinggal dalam radius 94 kilo meter, sedangkan mereka
yang tinggal di luar radius tersebut harus membantu dalam bentuk material terhadap
mereka yang berjuang. Semangat dakwah antikolonialisme sudah melekat pada diri
Hasyim sejak belajar di Makkah, ketika jatuhnya dinasti Ottoman di Turki.
Menurut Muhammad Asad Syihab (1994), Hasyim pernah mengumpulkan
kawan-kawannya, lalu berdoa di depan Multazam, berjanji menegakkan panji-panji
keislaman dan melawan berbagai bentuk penjajahan. Semangat itu dia bawa tatkala
kembali ke Indonesia dan dia tularkan kepada anaknya, Wahid Hasyim. Kelak,
Wahid Hasyim dipercaya menjabat sebagai Menteri Agama pertama pada era Presiden
Soekarno. Sikap anti penjajahan juga sempat membawa Hasyim masuk bui ketika
masa penjajahan Jepang. Waktu itu, kedatangan Jepang disertai kebudayaan
'Saikerei' yaitu menghormati Kaisar Jepang "Tenno Heika" dengan cara
membungkukkan badan 90 derajat menghadap ke arah Tokyo setiap pagi sekitar
pukul 07.00 WIB. Budaya itu wajib dilakukan penduduk tanpa kecuali, baik anak
sekolah, pegawai pemerintah, kaum pekerja dan buruh, bahkan di
pesantren-pesantren. Bisa ditebak, Hasyim Asyari menentang karena dia menganggapnya
'haram' dan dosa besar. Membungkukkan badan semacam itu menyerupai 'ruku' dalam
sholat, hanya diperuntukkan menyembah Allah SWT. Menurut Hasyim, selain kepada
Allah hukumnya haram, sekalipun terhadap Kaisar Tenno Heika yang katanya
keturunan Dewa Amaterasu, Dewa Langit. Akibat penolakannya itu, pada akhir
April 1942, Hasyim Asyari yang sudah berumur 70 tahun dijebloskan ke dalam
penjara di Jombang. Kemudian dipindah ke Mojokerto, lalu ke penjara Bubutan,
Surabaya. Selama dalam tawanan Jepang, Kiai Hasyim disiksa hingga jari-jari
kedua tangannya remuk tak lagi bisa digerakkan.
Tauladan yang bisa diambil dari perjuangan KH Hasyim Asyari.
a. KH Hasyim Asyari merupakan seorang tokoh yang pantang menyerah,
meskipun sudah menempu pendidikan di berbagai Pesantren, tetapi beliau tidak
begitu saja puas tetapi masih mencari Pesantren mana yang dirasa paling cocok
untuk menimba ilmu sebanyak mungkin, bahkan tidak hanya di dalam negeri saja,
tetapi beliau juga menuntut ilmu sampai ke Makah.
b. Sikap menerima dan tidak mudah terepengaruhnya juga patut untuk
dijadikan tauladan. Meskipun mendapat tawaran dari Belanda dengan
jabatan-jabatan, tetapi beliau tetap menolak dan memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia.
c. KH Hasyim Asyarai merupakan seorang pemimpin yang memahami
bawahannya, dan seorang guru yang mengerti murid-muridnya.
Langganan:
Postingan (Atom)