Selasa, 24 Februari 2015

ABSTRAK


Muntoha, Rahmatin. 2014. Pengembanagan Bahan Ajar Berbasis Multimedia Dalam Pembelajaran IPS Materi Keanekaragaman Budaya Di Indonesia Pada Siswa Kelas V Di MIN Gedog Kota Blitar. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing: Luthfiya Fathi Pusposari, ME. Penelitian pengembangan ini di latar belakangi oleh kenyataan bahwa pembelajaran IPS pada materi keanekaragaman budaya di Indonesia berdasarkan wawancara dengan guru kelas V MIN Gedog Kota Blitar, mengatakan bahwa dalam pembelajaran IPS materi keanekaragaman budaya di Indonesia hanya menggunakan buku paket dan LKS saja. Siswa kurang memahami materi dikarenakan tidak adanya gambar dalam buku paket maupun LKS tentang keanekaragaman budaya di Indonesia. Keterbatasan bahan ajar yang ada di sekolah merupakan sebuah problematika pendidikan yang dapat menghambat keberhasilan proses pembelajaran. Dilihat juga dari hasil nilai siswa yang belum memenuhi KKM. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dalam penelitian ini mengembangkan bahan ajar berbasis multimedia yang berkaitan dengan pembeljaaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengahsilkan bahan ajar berbasis multimedia pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi keanekaragaman budaya di Indonesia yang dapat digunakan siswa kelas V sehingga dapat memenuhi tujuan pembelajaran. Selain itu tujuan penelitian ini juga untuk mengetahui kevalidan bahan ajar berbasis multimedia dan mengetahui pengaruh penggunaan bahan ajar berbasis multimedia dalam meninhkatkan hasil belajar siswa. Penelitian pengembangan ini menggunakan jenis penelitian pengembangan Research & Development (R&D). Penelitian ini mengacu pada model Borg and Gall yang memiliki enam langkah dalam prosedur pengembangannya yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan tujuan, perumusan butir-butir materi, perumusan alat pengukur keberhasilan, penulisan naskah, dan tes atau uji coba. Penelitian dilaksanakan di MIN Gedog Kota Blitar dengan subyek penelitian siswa kelas V. Berdasarkan hasil validasi dari ahli materi menunjukkan persentase mencapai 84% yang berada pada kriteria valid, ahli desain bahan ajar menunjukkan persentase mencapai 80% yang berada pada kriteria valid dan ahli pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menunjukkan persentase mencapai 86% yang berada pada kriteria sangat valid. Tingkat kemenarikan mencapai persentase 87,4% yang berada pada kriteria sangat menarik. Hasil belajar siswa nilai rata-rata Pre-Test 80,58 dan nilai rata-rata Post-Test 89,73, hasil tersebut dianalisis menggunakan uji-T dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh hasil Thitung lebih besar dari pada Ttabel yaitu 7,44 > 1,697 artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya terdapat perbedaan signifikan pada hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakna bahan ajar berbasis multimedia. Sehingga bahan ajar berbasis multimedia layak digunakan dalam pembelajaran. Kata Kunci : Pengembangan, bahan ajar multimedia, Ilmu Pengetahuan Sosial.

Adat Lamaran

Lamaran adalah sebuah adat dimana seorang laki-laki mengajukan sebuah lamaran kepada seorang wanita. Lamaran ini sebagai simbol bahwa laki-laki ingin menjalani hubungan lebih serius menjadi sebuah hubungan pernikahan dengan si wanita. Dalam acara lamaran si lakilaki beserta dengan keluarganya akan datang menemui keluarga si wanita dengan membawa aneka makanan dan keperluan si wanita. barang bawaan ini disebut dengan gawan. Gawan yang dibawa si laki-laki ini bisa berupa aneka masakan, jajanan, buah-buahan, gula, kopi, bahan-bahan dapur dll. Tak ketinggalan untuk si wanita dibawakan juga baju, underwear, sandal atau sepatu, peralatan make up, peralatan mandi, bad cover dan lain-lain.








Selasa, 17 Februari 2015

Lucunya Anak-Anak Ini

Menjalani kehidupan yang bergelut dengan dunia anak memang menyenangkan, meskipun terkadang dibuat kesal dengan ulah bendel mereka. tapi itu semua akan terbayar dengan melihat tingkah dan ulah lucu mereka, sangat menggemaskan...





Kamis, 22 Januari 2015

Kehidupan di dunia hanyalah sebuah sandiwara belaka. aku tak mengerti dengan apa yang mereka pikirkan. suatu ketika, mereka terlihat baik di depanku, tapi kadangkala terdengar suara cibiran, makian bahkan hinaan yang menyakitkan telinga. sampai beberapa haripun suara itu terasa berdengung di telinga ku bahkan sampai mengisi ruang-ruang di dalam hatiku. Tapi, mereka seolah tak menganggap itu semua. mereka kembali bersikap seperti sedia kala tanpa pernah terfikirkan bahwa telah terjadi sesuatu. 
Hauskah ku diam seribu bahasa??
Atau aku harus melawan dengan cacian dan hinaan seperti itu juga??
Dan disinilah kehidupan, ketika aku berada di persimpangan jalan, dan akupun harus memilih. meskipun di dalam hati kecilku sendiri tak ingin memilih kedua pilihan itu. ingin rasanya aku berlari dan berlari tanpa harus mendengar cacian dan hinaan itu. bahkan jika aku sudah terlanjur mendengarnya, Tolong hapuskan semua ingatanku tentang hal mengerikan yang ada dalam sebuah kehidupan ini!!

Jumat, 19 September 2014

Jalinan



Sebuah hubungan tak cukup hanya dengan ungkapan sayang dan cinta. Menjalin hubungan memang mudah tak semudah dalam mempertahankan sebuah hubungan. Hanya dengan kata sayang dan cinta, sebuah hubungan bisa dibangun. Tapi dalam mempertahankan sebuah hubungan, perlu adanya perhatian, pengertian dan sikap saling memahami pasangannya. Tanpa sikap itu, sebuah hubungan hanya akan kandas di tengah jalan.

Rabu, 17 September 2014

MIMPI


Ketika apa yang diharapkan tak sesuai keinginan
Ketika impian tak seindah kenyataan
Ketika hati tak bisa menerima
Hanya tangis pilu yang dirasa
Bukan keinginan hati terjadi seperti ini
Tapi memang beginilah yang telah terjadi
Mungkin memang inilah yang terbaik untuk diri ini
Hanya memohon kepada Illahi
Untuk selalu memberikan kesabaran di hati

Jumat, 05 September 2014



 Biografi tokoh perjuangan KH. Hasyim Asyari

KH. Hasyim Asyari merupakan salah satu tokoh pahlawan pergerakan nasional. KH. Hasyim Asyari lahir pada 10 April 1875 (24 Dzulqaidah 1287 H) dan wafat pada 25 Juli 1947, dimakamkan di Tebuireng, Jombang. KH hasyim Asyari adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Ayahnya bernama Kyai Asyari, ibunya bernama Halimah. Dari garis ibu, Hasyim merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). Kakeknya, Kyai Ustman adalah seorang pemimpin Pesantern Nggedang, sebelah utara Jombang. Sedangkan ayahnya sendiri , Kyai Asyari memimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Dua orang inilah yang menanamkan nilai dan dasar-dasar Islam secara kokoh kepada Hasyim.
Menurut silsilah beliau, melalui Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin), KH Hasyim Asyari memiliki garis keturunan sampai dengan Rasulullah dengan urutan lanjutan sebagai berikut :
Sunan Giri (Raden AInul Yaqin)
Abdurrohman/ Jaka Tingkir ( Sultan Pajang)
Abdul Halim (Pangeran Benawa)
Abdurrohman ( Pangeran Samhud Bagda)
Abdul Halim
 Abdul Wahid
Abdul Sarwan
KH Asyari (Jombang)
KH Hasyim Asyarai (Jombang)
Sejak anak-anak, bakat kepemimpinan dan kecerdasan Hasyim memang sudah Nampak. Diantara teman sepermainannya, ia kerap tampil sebagai pemimpin. Dalam usia 13 tahun ia sudah membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar ketimbang dirinya. Usia 15 tahun Hasyim meninggalakan orang tuanya, berkelana memperdalam ilmu dari satu pesantren ke pesanteren lain. Mula-mula ia menjadi santri di Pesantren Wonokoyo, Probolinggo. Kemudian pindah ke Pesantren PP Langitan, Widang, Tuban. Pindah lagi Pesantren Trenggilis, Semarang. Belum puas dengan berbagai ilmu yang dikecapnya, ia melanjutkan ke Pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah asuhan KH Cholil Bangkalan. Dan kemudian pindah lagi ke Pesantren Siwalan Sidoarjo. Di Pesantren yang diasuh Kyai Yaqub inilah, agaknya Hasyim merasa benar-benar menemukan sumber Islam yang diinginkan. Hasyim bukan saja mendapat ilm, melainkan mendapat istri. Pada saat berumur 21 tahun dinikahkan dengan Chadijah salah satu putrid Kyai Yaqub. Tidak lama menikah Hasyim dan istrinya pergi ke Makah guna menunaikan ibadah haji.
Tahun 1893, ia berangkat lagi ke Tanah Suci. Sejak itulah ia menetap di Mekkah selama 7 tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mahfudz At-Tarmasi, Syaikh Ahmad Amin Al Aththar, Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Said Yamani, Syaikh Rahmaullah, Syaikh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As Saqqaf, dan Sayyid Husein Al Habsyi. Dalam perjalanan pulang ke tanah air, ia singgah di Johor, Malaysia dan mengajar di sana. Pulang ke Indonesia tahun 1899, Kiai Hasyim Asy'ari mendirikan pesantren di Tebuireng yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20. Sejak tahun 1900, Kiai Hasyim Asy'ari memosisikan Pesantren Tebu Ireng, menjadi pusat pembaruan bagi pengajaran Islam tradisional.
Dalam pesantren itu bukan hanya ilmu agama yang diajarkan, tetapi juga pengetahuan umum. Para santri belajar membaca huruf latin, menulis dan membaca buku-buku yang berisi pengetahuan umum, berorganisasi, dan berpidato. Cara yang dilakukannya itu mendapat reaksi masyarakat sebab dianggap bidat. Ia dikecam, tetapi tidak mundur dari pendiriannya. Baginya, mengajarkan agama berarti memperbaiki manusia. Mendidik para santri dan menyiapkan mereka untuk terjun ke masyarakat, adalah salah satu tujuan utama perjuangan Kiai Hasyim Asy'ari. Kyai Hasyim bukan saja Kyai ternama, melainkan juga seorang petani dan pedagang yang sukses. Tanahnya puluhan hektar. Dua hari dalam seminggu, biasanya Kyai Hasyim istirahat tidak mengajar. Saat itulah ia memeriksa sawah-sawahnya. Kadang juga pergi Surabaya berdagang kuda, besi dan menjual hasil pertaniannya. Dari bertani dan berdagang itulah, Kyai Hasyim menghidupi keluarga dan pesantrennya.
Penjajahan panjang yang mengungkung bangsa Indonesia, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Pada tahun 1908 muncul sebuah gerakan yang kini disebut Gerakan Kebangkitan Nasional. Semangat Kebangkitan Nasional terus menyebar ke mana-mana, sehingga muncullah berbagai organisai pendidikan, sosial, dan keagamaan, diantaranya Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) tahun 1916, dan Taswirul Afkar tahun 1918 (dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri atau Kebangkitan Pemikiran). Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar (Pergerakan Kaum Saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat.
Dengan adanya Nahdlatul Tujjar, maka Taswirul Afkar tampil sebagi kelompok studi serta lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota. Tokoh utama dibalik pendirian tafwirul afkar adalah, KH Abdul Wahab Hasbullah (tokoh muda pengasuh PP. Bahrul Ulum Tambakberas), yang juga murid hadratus Syaikh. Kelompok ini lahir sebagai bentuk kepedulian para ulama terhadap tantangan zaman di kala itu, baik dalam masalah keagamaan, pendidikan, sosial, dan politik.
Tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan tokoh-tokoh Islam tradisiona lainnya, Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama, yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini pun berkembang dan banyak anggotanya. Pengaruh Kiai Hasyim Asy'ari pun semakin besar dengan mendirikan organisasi NU, bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan dari ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahkan, para ulama di berbagai daerah sangat menyegani kewibawaan Kiai Hasyim. Kini, NU pun berkembang makin pesat. Organisasi ini telah menjadi penyalur bagi pengembangan Islam ke desa-desa maupun perkotaan di Jawa. Meski sudah menjadi tokoh penting dalam NU, ia tetap bersikap toleran terhadap aliran lain. Yang paling dibencinya ialah perpecahan di kalangan umat Islam. Pemerintah Belanda bersedia mengangkatnya menjadi pegawai negeri dengan gaji yang cukup besar asalkan mau bekerja sama, tetapi ditolaknya.
Dengan alasan yang tidak diketahui, pada masa awal pendudukan Jepang, Hasyim Asy'ari ditangkap. Berkat bantuan anaknya, K.H. Wahid Hasyim, beberapa bulan kemudian ia dibebaskan dan sesudah itu diangkat menjadi Kepala Urusan Agama. Jabatan itu diterimanya karena terpaksa, tetapi ia tetap mengasuh pesantrennya di Tebuireng. Setelah  Indonesia merdeka, melalui pidato-pidatonya K.H. Hasyim Asy’ari membakar semangat para pemuda supaya mereka berani berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan. Ia meninggal dunia pada tanggal 25 Juli 1947 karena pendarahan otak dan dimakamkan di Tebuireng.

Seberapa banyak perjuangan yang dilakukan.
Perjuangan yang dilakukan oleh KH Hasyim Asyari sangat banyak, diantaranya yaitu mendirikan organisasi NU (Nahdlatul Ulama), mendirikan Pesantern Tebu Ireng di Jombang, menjadi penyemangat bagi para pemuda pemudi Indonesia, dan masih banyak lagi.

Perjuangan yang dilakukan oleh KH. Hasyim Asyari.
a.       Pada tahun 1899, sepulang dari Makah, KH Hasyim Asyari mendirikan pesantren Tebu Ireng yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa Pada abad 20.
b.      Pada tahun 1926, KH Hasyim Asyari menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nahdlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama.
c.       Pada tahun 1937 ketika beberapa ormas Islam membentuk badan federasi partai dan perhimpunan Islam Indonesia yang terkenal dengan sebuta MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) Kyai Hasyim diminta jadi ketuanya. Ia juga pernah memimpin Masyumi, partai politik Islam terbesar yang pernah ada di Indonesia.

Bagaimana cara perjuangan KH Hasyim Asyari.
Hasyim Asyari, pahlawan nasional dan pendiri organisasi Nahdhatul Ulama (NU). Kiai karismatik berjuluk Hadratus Syaikh yang berarti Maha Guru, ini dikenal sebagai ahli ilmu agama, khususnya tafsir, hadits dan fiqh. Dia mengabdi kepada umat dengan mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Hasyim juga berdakwah ke daerah-daerah pada masanya. Sedangkan gelar pahlawan dia dapat karena pada masa penjajahan belanda, Hasyim Asyari ikut mendukung upaya kemerdekaan dengan menggerakkan rakyat melalui fatwa jihad yang kemudian dikenal sebagai resolusi jihad melawan penjajah Belanda pada 22 Oktober 1945. Akibat fatwa itu, meledak lah perang di Surabaya pada 10 November 1945.
Menurut Ishom Hadzik (2000) dalam buku yang ditulis Zuhairi Misrawi berjudul "Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari: moderasi, keumatan, dan kebangsaan", pada masa penjajahan Belanda, Hasyim senantiasa berkomunikasi dengan tokoh-tokoh muslim dari berbagai penjuru dunia untuk melawan penjajahan. Misalnya dengan Pangeran Abdul Karim al-Khatthabi (Maroko), Sultan Pasha Al-Athrasi (Suriah), Muhammad Amin al-Husaini (Palestina), Dhiyauddin al-Syairazi, Muhammad Ali, dan Syaukat Ali (India), serta Muhammad Ali Jinnah (Pakistan). Hasilnya pada 22 Oktober 1945, Hasyim dan sejumlah ulama di kantor NU Jatim mengeluarkan resolusi jihad itu. Karena itulah Hasyim diancam hendak ditangkap Belanda. Namun Hasyim tak bergeming, dia memilih bertahan mendampingi laskar Hizbullah dan Sabilillah melawan penjajah.

Bahkan ketika Bung Tomo meminta Kiai Hasyim mengungsi dari Jombang, Hasyim berkukuh bertahan hingga titik darah penghabisan. Hingga muncul sebuah kaidah (rumusan masalah yang menjadi hukum) populer di kalangan kelompok tradisional; hubb al-wathan min al-iman (mencintai tanah air adalah bagian dari iman).
Fatwa atau resolusi jihad Hasyim berisi lima butir. Seperti ditulis Lathiful Khuluq berjudul "Fajar Kebangunan Ulama, Biografi Kiyai Hasyim Asyari" yang diterbitkan LKiS pada 2000 lalu, butir Pertama resolusi jihad berbunyi; kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus wajib dipertahankan. Butir ke dua; Republik Indonesia sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah harus dijaga dan ditolong. Ke tiga; musuh republik Indonesia yaitu Belanda yang kembali ke Indonesia dengan bantuan sekutu Inggris pasti akan menggunakan cara-cara politik dan militer untuk menjajah kembali Indonesia. Ke empat; umat Islam terutama anggota NU harus mengangkat senjata melawan penjajah Belanda dan sekutunya yang ingin menjajah Indonesia kembali. Ke lima; kewajiban ini merupakan perang suci (jihad) dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang tinggal dalam radius 94 kilo meter, sedangkan mereka yang tinggal di luar radius tersebut harus membantu dalam bentuk material terhadap mereka yang berjuang. Semangat dakwah antikolonialisme sudah melekat pada diri Hasyim sejak belajar di Makkah, ketika jatuhnya dinasti Ottoman di Turki.
Menurut Muhammad Asad Syihab (1994), Hasyim pernah mengumpulkan kawan-kawannya, lalu berdoa di depan Multazam, berjanji menegakkan panji-panji keislaman dan melawan berbagai bentuk penjajahan. Semangat itu dia bawa tatkala kembali ke Indonesia dan dia tularkan kepada anaknya, Wahid Hasyim. Kelak, Wahid Hasyim dipercaya menjabat sebagai Menteri Agama pertama pada era Presiden Soekarno. Sikap anti penjajahan juga sempat membawa Hasyim masuk bui ketika masa penjajahan Jepang. Waktu itu, kedatangan Jepang disertai kebudayaan 'Saikerei' yaitu menghormati Kaisar Jepang "Tenno Heika" dengan cara membungkukkan badan 90 derajat menghadap ke arah Tokyo setiap pagi sekitar pukul 07.00 WIB. Budaya itu wajib dilakukan penduduk tanpa kecuali, baik anak sekolah, pegawai pemerintah, kaum pekerja dan buruh, bahkan di pesantren-pesantren. Bisa ditebak, Hasyim Asyari menentang karena dia menganggapnya 'haram' dan dosa besar. Membungkukkan badan semacam itu menyerupai 'ruku' dalam sholat, hanya diperuntukkan menyembah Allah SWT. Menurut Hasyim, selain kepada Allah hukumnya haram, sekalipun terhadap Kaisar Tenno Heika yang katanya keturunan Dewa Amaterasu, Dewa Langit. Akibat penolakannya itu, pada akhir April 1942, Hasyim Asyari yang sudah berumur 70 tahun dijebloskan ke dalam penjara di Jombang. Kemudian dipindah ke Mojokerto, lalu ke penjara Bubutan, Surabaya. Selama dalam tawanan Jepang, Kiai Hasyim disiksa hingga jari-jari kedua tangannya remuk tak lagi bisa digerakkan.

  Tauladan yang bisa diambil dari perjuangan KH Hasyim Asyari.
a.       KH Hasyim Asyari merupakan seorang tokoh yang pantang menyerah, meskipun sudah menempu pendidikan di berbagai Pesantren, tetapi beliau tidak begitu saja puas tetapi masih mencari Pesantren mana yang dirasa paling cocok untuk menimba ilmu sebanyak mungkin, bahkan tidak hanya di dalam negeri saja, tetapi beliau juga menuntut ilmu sampai ke Makah.
b.      Sikap menerima dan tidak mudah terepengaruhnya juga patut untuk dijadikan tauladan. Meskipun mendapat tawaran dari Belanda dengan jabatan-jabatan, tetapi beliau tetap menolak dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
c.       KH Hasyim Asyarai merupakan seorang pemimpin yang memahami bawahannya, dan seorang guru yang mengerti murid-muridnya.